Saturday, March 4, 2017

Jodoh yang Belum Dipertemukan

Cuaca Jakarta sekarang sudah mulai panas-panasnya. Tapi nggak sepanas semangat saya untuk menulis. Kenapa saya jadi nulis sekarang? Buat ngisi waktu aja. Sejujurnya, saya itu di fase malas semalas malasnya deh pokoknya. Gaya bahasa blog saya aja saya sampai lupa. Nonton aja malas. Mulai buat novel lagi malas, meskipun ada banyak ide yang berkecamuk di kepala, tapi saya benar-benar stuck ketika menatap layar.

Topik apa ya, yang agak menarik. Oh iya, saya baru beli tas carrier merek jerman. Harganya naudzubillah ya pemirsa. Ini kenapa harga barang mahal-mahal, atau saya aja yang udah terlalu konsumtif? Mau lari, kepikiran celana training sama sepatu lari, mau backpacker teringat carrier yang kecil, mau ke pelaminan tersadar kalau saya nggak pernah bersosialisasi lagi sama orang baru.

Pernah suatu hari, supervisornya perusahaan saya dari holding nanyain begini.
Supervisor (Spv): "Eh, lu gimana? Udah ada lampu hijau?"
Saya (D): " Maksudnya lampur hijau apaan?" (nanya pura-pura bego)
Spv: "Yaa, udah ada yang ngelamar elu belum?"
D: "Waah, gue kerja mulu ni, nggak sempat. Lagian, gue nggak cantik dari langit" (gw orangnya humble nggak kayak mimiperi yang tinggal di awang-awang)
Spv: (tertawa pu-as)
D:(ketawa-ketawa sakit)

Kebetulan, tetangga saya sudah mau married. 4 tahun lah di bawah saya. Ya, kebetulan orang-orang di sekitar saya lagi sibuk-sibuknya ngurusin pernikahan. Saya sibuk juga ngejahitin baju untuk jadi pagar betis buat orang-orang terdekat. Hahaha. 

Sebenarnya saya sih biasa-biasa aja karena saya percaya Tuhan akan mempertemukan saya dengan yang bersangkutan. Namun, lingkungan yang bikin saya jadi berpikir. Sayangnya, saya ya berpikir aja tanpa usaha. Entahlah, sedang nggak mood aja menjalin hubungan. Udah lupa perasaan ngeceng orang, udah lupa deg-degan dekat orang, mungkin masa itu udah lewat kali ya. Saya juga sebenarnya nggak pandai jalan sama orang, karena waktu kecil saya lebih suka di rumah. Jadi sifat naturalnya itu ya lebih demen ngendon di kamar dibanding jalan dan berakting bak wanita kalem. Pokoknya aneh deh, kalo saya udah mulai ngeceng orang, saya itu malah menjauh atau bersifat mandiri atau sifat saya nggak natural. Saya yang punya badan aja pengen muntah lihat kelakuan saya. Kok jadi kaku kayak batu. Akhirnya saya lelah dan bertanya-tanya kenapa saya nggak bisa bertingkah kayak cewek lain ya? Huhuhuhu.

Cukup banyak, dari orang yang "tahu" status saya berniat memperkenalkan dengan kenalan mereka. Kenalan di instalasi pemerintah, bos di kantor, teman sejawad, dan si supervisor tadi juga ikut andil berniat ngenalin saya dengan orang. Cuma ya itu, belum ada satu pun dari yang diomongin beneran kenalan sama saya. Semacam tanda belum waktunya aja.

Eh tapi eh tapi, ada satu sosok yang menarik dari yang ingin dikenalkan. Huahahah, waktu lihat si doi, serasa pulang ke rumah. Kebetulan juga si doi agak jauh di negeri kulit putih sana, entah itu si Bapak niat mau comblangin saya sama si doi atau cuma mau pamer aja dia punya temen guanteng sangat. Ya udahlaah yaaa, kalau Tuhan menginginkan, segala sesuatunya pasti akan terjadi. Amiiiin.

Tuhan, saya mau dipertemukan dengan jodoh, yang kalau saya lihat dia serasa pulang ke rumah
Bikin adem dan begitu pula sebaliknya
(DY, Maret 2017)


Tuesday, August 9, 2016

One Month One Direction (4): Manado

Tadi malam saya mendarat di Sam Ratulangi Airport. Cuaca menyambut pendaratan tidak terlalu bersahabat. Ini merupakan perjalanan saya kesekian kalinya untuk dinas kerja. Lumayan seru sebab saat ini saya dinasnya bareng senior-senior kuliah saya dulu. Senior yang sempat kerja di Belanda, senior waktu di tempat kerja yang lama, senior yang di instansi pemerintahan. Pas ngobrol dengan orang-orang sekitar, ternyata banyak alumni teknik kimia, bertebaran, rame juga.

(Pemandangan dari kamar hotel: Gunung, Laut dan Kota)

Tapi dasar cupu, saya memang tidak dilahirkan untuk bisa basa basi. Sering frustasi melihat tingkah  yang lebih sering menguap di antara riuhnya percakapan orang-orang di sekitar. Orang-orang terbahak-bahak, tapi ketika saya ikut-ikutan tertawa, rasanya tone nya kurang enak didengar, buahhaha. Fiuh, hidup di Divisi Business Development harusnya saya lebih pandai membawa diri. Heran, kenapa saya bisa berprofesi di bidang ini. Hahahah.

Sunday, May 29, 2016

First Time: English Debate Competition

Seumur-umur, baru sekarang saya ikutan English Debate. Ikutan pun karena direkomendasikan sama senior di kantor alias ditodong dan dicaplok semena-mena. Kan nggak keren kalau saya nolak, meski hati berdebar-debar, tetapi tetap terselip perasaan tertandang buat naklukin ni lomba.
Perjuangan sampai hari-H, beeh luar biasa lah. Soalnya perjuangan saya nggak ada urusannya sama ni lomba, karena kerjaan wajib saya. Rapat tak berkesudahan, laporan yang terus-terusan, after effect rapat yang juga harus dikerjakan plus persiapan debat yang baru mulai saya kerjakan H-1, which is malamnya. So sweet banget kantor saya ini sebenarnya. Setelah saya selesai rapat jam setengah 5 dan harus kembali ke kantor lagi bersama macet Jakarta di sore hari, sebab VP Legal nungguin saya buat di-coaching. Udah dipaksa ngomong sama beliau, saya bilang, maaf Pak, saya nggak mood. Hahaha, sejujurnya saya grogi aja disuruh bicara Inglis gitu.

Sebenarnya materinya nggak susah-susah amat, ada 5 materi, saya kebagian untuk ngerjain 3 materi dan partner saya 2 materi. Untungnya saya bareng partner, satu tim berdua. Materinya oke banget lah buat debat, Importing Gas for fullfil domestic demand, Regulated Gas Price, Government City Gas Program Benefits for us, Holding BUMN and Need of Specialist in our company. 

Sunday, January 31, 2016

One Month One Direction (2): Cilegon

Cilegon merupakan salah satu kota industri dengan hawa tipkal, panas menyengat. Kunjungan ke lokasi ini pun sebenarnya bukanlah kunjungan dengan tujuan wisata, melainkan kunjungan ke rumah sahabat sebelum saya beranjak dan kembali ke kampung halaman di Sumatera.

Pemandangan 3 jama silih berganti, dimulai dari hiruk pikuk terminal bus, jalan-jalan tak berpenghuni, perumahan padat hingga bumbungan asap bangunan-bangunan industri. Jalan yang dilalui adalah jalan-jalan gersang dengan tumbuhan merangas. Pepohonan hijau tetap menemani namun dedaunan telah berubah warna menjadi kelabu karena endapan udara kotor jalanan yang belum tersiram hujan.

Di akhir perjalanan, saya berhenti di sebuah persimpangan yang tak lagi saya ingat. Dari tempat berdiri, saya melihat mobil terios hitam berkecepatan sedang menghampiri dan disanalah teman cemen saya duduk di sisi kemudi dengan sendal jepit swallow yang dilepas sembarangan menjemput saya dengan gayanya. Aah, saya rindu dia, teman untuk bergosip dan bekerja.

Dia menjemput saya untuk singgah di rumahnya, yang notabenenya akan jadi tempat menginap saya selama 1 hari ini. Saya sangat senang bisa berkunjung dan dia dengan senang untuk dikunjungi. Jalur yang dilewati menuju rumahnya adalah jalur kota yang berpindah menjadi jalur perumahan. Suasana perumahannya sungguh asri, meskipun pada beberapa titik terlihat tumbuhan ilalang merambat dengan ganasnya. Rumahnya berada pada daerah dataran tinggi yang mendaki, bersisian dengan rumah-rumah lain yang menanjak hingga jalanan lain. Rumahnya asri dan tenang. Suasana paginya tak kalah dengan suasana pagi di daerah pegunungan, meskipun saya sama sekali tidak bangun pagi. Hahaha.

Pantai Anyer

Berkunjung ke Cilegon, sungguh sayang rasanya jika tak bertandang ke tempat lain. Jadilah kami memutuskan untuk ke Pantai Anyer di hari berikutnya. Pantai Anyer adalah salah satu pusat wisata yang banyak dikunjungi di daerah Cilegon, jadi tak heran ketika berada di sana, saya bertemu dengan banyak orang yang datang untuk sekedar berjalan-jalan di pasir pantai, bermain layang-layang atau sengaja datang berombongan sambil menghirup udara pantai. Karena saya hobi berburu spot bagus, jadi saya pun melakukan perburuan dalam beberapa kurun waktu. Obsesi mendapatkan objek artistik mulai merambat. Tetapi tetap saja, saya bukan orang yang fotogenik sehingga objek tanpa wajah saya lebih terlihat menarik dibandingkan adanya saya disana. Hahha.

"The most important trip you may take in life is meeting people halfway"
Henry Boye
(DY, February 2015)

Ringkasan Pengeluaran Wajib untuk acuan Traveler ke Cilegon dari Jakarta:
  1. Biaya Tiket Bus, Pulang Pergi Jakarta-Cilegon: 2 x 45.000 rupiah
  2. Biaya makan selama di Cilegon: 100.000 rupiah per orang per 2 hari 1 malam
  3. Biaya penginapan: 0 rupiah karena saya menumpang. Kalaupun menginap, mungkin sekitar 200.000 rupiah per malam.
Semoga Bermanfaat!!!



Hello 2016!!

Hampir genap 11 bulan tidak memperbaharui isi blog membuat saya merasa harus mengulang kehidupan saya dalam setahun belakangan ini. Banyak yang terjadi, mulai dari berhenti kerja, rehat sekian waktu di rumah, menghadiri pernikahan teman kantor lama sampai dengan menapaki kehidupan Jakarta lagi di tempat baru.

Hampir genap 6 bulan bekerja di kantor baru telah membawa saya ke berbagai lokasi di Nusantara. Pertama kali menapaki Kepulauan Riau atau bertandang di Pulau Sulawesi. Perjalanan kejutan dan dadakan tetap selalu menemani karir saya hingga kini. Hal yang harus saya syukuri bahwa tak harus berdiam diri di depan layar saja melewati waktu tetapi terbang memandangi langit di Pulau berbeda pun dapat dirasa.

Tahun yang baru pun telah berganti. Umur pun terus bertambah. Tulisan rahasia tetap terpapar pasti dalam cerita. Ambisi mulai berpindah haluan seiring cita. Halo 2016, halo dunia!!



Monday, March 2, 2015

One Month One Direction (3): Magelang

Ular raksasa besi yang saya naiki terus menerus menghembuskan napasnya dengan diiringi bunyi yang memekakkan. Getaran statis pergesekan tubuhnya dengan landasan dan pertukaran cepat pemandangan dari sisi kanan saya memperjelas bahwa saya akan sampai ke tujuan.

Hari itu adalah hari terakhir saya melakukan trip di Jawa karena saya harus kembali ke kampung halaman. Tetapi bukan itu yang akan saya bahas disini, sesuai janji, akan ada One Month One Direction tiap bulannya kan?

25 Februari 2015 adalah waktu perjalanan ketiga di tahun ini. Sesuai dengan target yang digadang-gadangkan di awal tahun, bersama dengan 2 penghuni sementara D.I Yogyakarta, Dino dan Lidia, saya mengunjungi salah satu lokasi wisata sejarah teshoro, Borobudur.

Berhubung dua bocah ini jago mengendarai motor dan saya tetap saja belum bisa, jadilah kami memutuskan untuk menyewa motor di KM 12 Kaliurang. Berbekal motor sewaan seharga 60.000 rupiah dan setangki pebuh bensin, maka kami mulailah petualangan kami ke Borobudur.

Karena saya buta arah, Dino yang pernah ke Merbabu tapi lupa-lupa ingat jalannya dan Lidia yang tahu "pokoknya Borobudur dekat dengan Yogyakarta cuma 1 jam dan pokoknya ke arah Magelang", maka kami sangat mengandalkan kekuatan modernisasi bernama GPS, lagi-lagi, untuk sampai ke target operasi. Ternyata benar, perjalanan hanya memakan waktu 1 jam dari titik awal. Tepuk tangan buat Iliiiid!!! Tidak sulit ternyata menuju ke Borobudur, yang jelas tetap saja saya ingatnya dengan GPS. Tanpa GPS, saya lagi-lagi lupa ingatan. Maklum disorientasi jalan, buahhahaha.

Setelah menemukan tempat parkiran motor yang hanya 3.000 rupiah, kami dengan semangat menuju Pintu Masuk Borobudur. Kami memasuki lokasi dengan tiket seharga 30.000 rupiah per orang. Cuaca yang terik menyambut kami dengan riangnya, memberikan efek tanning segera pada kulit kami yang sudah eksotis dari sononya. Meskipun banyak yang memberikan jasa penyewaan payung di depan gerbang, kami sama sekali tidak tergerak untuk menggunakannya. Wkwkwkw, ribet nenteng-nenteng payung. Cukuplah tas saya yang tidak memiliki zipper dan diikat dengan sistem ikat pinggang sajalah yang menyusahkan usaha kami untuk menjangkau air minum di dalam tas.

Perjalanan kali ini berdurasi 2.5 jam. Puas? Tentu saja, karena saya jalannya dengan 2 makhluk yang sangat-sangat suka melakukan hal-hal yang tidak wajar dan memancing keributan dimanapun kami berputar. Sejujurnya, tidak ada sama sekali yang bisa saya ceritakan tentang situs itu sendiri karena memang kami tidak menyewa tour guide dan saya dengan sebenar-benarnya lupa dengan pelajaran sejarah tentang Borobudur. Hehehe.

Bukannya kami berusaha mempelajari sejarah, kami malah sibuk berkodak ria di setiap spot yang disinari cahaya matahari dengan niat yang tulus agar terlihat lebih putih di kamera. Bukannya memperhatikan dengan baik gambar di badan candi, kami malah sibuk mengagumi para tour guide yang fasih berbahasa Jepang dan Inggris. Maafkanlah kami yang kurang paham sejarah dan kurang fokus ini, Tuhaaan.

Keluarga kami adalah keluarga yang suka berpose, ternyata. Ckckckck, kebiasaan ini tidak pandang umur. Terbukti dengan berhentinya kami setiap 5 menit berjalan dan mengambil pose yang sama berkali-kali. Adik saya memang benar-benar. Yang satu sibuk dengan betapa flawlessnya wajahnya di kamera, sementara yang satu sibuk agar diusahakan semaksimal mungkin diabadikan dengan wajah yang terlihat tirus.

Buah dari perjalanan ini adalah rencana kami untuk jangka panjang. Ide tahun 2015 yang awalnya hanya untuk pribadi juga diamini oleh kedua bocah ini. Ketika mereka sudah bekerja, mereka juga akan menyisihkan waktu untuk traveling bersama keluarga dengan tema "One Month One Direction" juga dan rencana besar berikutnya menjadi "One Year One Country". Cihuiii, senang rasanya kalau rencana saya sudah bisa terwujud hingga 2 bulan ini dan senang lagi kalau rencana ini jadi gayung bersambut.

Sejauh ini, perjalanan saya dengan kedua bocah ini tidak pernah berakhir dengan adu ngotot yang berakhir tidak menyenangkan. 100 persen hepi-hepi dan tidak ada deadair. Kami juga senang kalau isinya kami-kami saja. Bukan diskriminatif, tapiii kami bisa berkelakuan apa adanya. Hahahha.

The Best Journey is when you can enjoy it together with your companion. And my family is one of my best candidate.
(Bogowonto, 26 Februari 2015)

Ringkasan Pengeluaran Wajib untuk acuan Traveler ke Borobudur dari Yogyakarta:
  1. Sewa motor: 60.000 rupiah per motor untuk 24 jam. Motor tanpa bensin. Biaya untuk bensin setangki penuh adalah 20.000 rupiah.
  2. Biaya parkir motor di Borobudur: 3.000 rupiah per motor tanpa batas waktu a.k.a nggak nambah lagi saat diambil.
  3. Biaya masuk situs Borobudur: 30.000 rupiah per orang.
Lihat!! Tidak sampai 100.000 rupiah, kalian sudah bisa menikmati Lokasi wisata Borobudur. Asal dari Yogyakarta ya. Semoga Bermanfaat!!!

Tuesday, February 3, 2015

Kemana kita akan melangkah?

Hallo dunia!! Hallo Indonesia tercinta.
Sudah lama tak bersua. 

Dua hari yang lalu, saya akhirnya memaksa untuk menyempatkan diri untuk baca buku yang membuat hati saya berdarah-darah sebagai bangsa Indonesia. Pernah dengar kan, istilah "Kita terjajah di negara sendiri". Banyak yang menyadarinya, banyak yang memakluminya, tetapi samasekali tak punya kekuatan untuk mengubah kenyataan itu. Seperti saya, setidaknya untuk saat ini.

(Source: here)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...